Ruang Keluarga, 08:00 PM
Setelah Asha menyelesaikan kesibukannya—membuat sesuatu yang menurutnya rahasia, ia langsung mengirim pesan ke grup dan menyuruh mereka untuk segera menyusulnya di ruang keluarga.
Beberapa menit kemudian, mereka turun, berjalan menuju ruang keluarga yang diawali oleh Yuno dan disusul lainnya.
“Lho? Ashanya kemana? Katanya disuruh kesini?” Tanya Yuno sambil melihat sekitar ruang yang tidak menemukan keberadaan Asha.
“Ya Gatau?? Lagi ke toilet palingan… nanti juga muncul sendiri.” Keia menyeletuk pertanyaan Yuno sambil mencari posisi tempat duduk yang pas untuknya.
Semua sibuk mencari posisi tempat duduk yang nyaman. Ada yang di sofa, ada juga yang duduk di karpet. Setelah sibuk mencari tempat duduk, mereka mengobrol kecil sembari menunggu Asha.
“Ini kita disuruh ngumpul buat apaan sih? Mau rapat konferensi meja bundar kah?” Tanya Lau sambil menyender ke sofa.
“Mau dikasih surat cinta kali…. dia kan tadi bikin amplop tuh.” Jawab Naia yang sedang menyender di samping Keia sambil memeluk bantal.
“Iya kali ya? Tapi, asli dah gue penasaran banget tuh amplop isinya apaan sampe kita harus disuruh kumpul begini.” Ujar Lau lagi.
“Liat aja nanti, palingan dikit lagi orangnya dateng.” Ucap Vin menengahi.
Tidak lama Vin berbicara, Asha datang menuju ke-arah mereka dengan membawa botol kaca dan surat-surat di tangannya. Mereka semua terfokus kepada botol kaca yang dipegang oleh Asha sekaligus merasa bingung dan mungkin berpikir Ngapain Asha bawa botol kaca??
Asha berjalan mengarah ke-meja yang berada di tengah mereka untuk menaruh botol dan surat-surat yang ia buat sebelumnya. Lalu, berdiri kembali seperti ingin menjelaskan sesuatu.
“Hehe maaf ya nunggu lama. Tadi, gue habis nyari botol di dapur dan baru nemu. Makanya lama…” Ucap Asha sambil menyengir, merasa sudah membuat mereka menunggu lama.
“Gapapa kok sha, gak lama banget juga lagian.” Balas Cea.
“Btw, ini kita mau ngapain deh?? Sampe lo nyuruh kita ngumpul gini…” Tanya Yuno penasaran.
“Gini… Lo semua liat kan ya yang di meja itu ada surat sama botol?” Asha bertanya sambil menunjuk surat dan botol di atas meja.
Mereka serentak mengangguk dan menunggu lanjutan penjelasan dari Asha.
“Nah! Kemarin, gue kepikiran buat main game yang seru tapi gak bosenin. Cara mainnya hampir sama kayak TOD, spin the bottle gitu. Bedanya, disini botolnya diputer bukan buat milih antara Truth atau Dare. Tapi, buat ambil surat-surat yang gue bikin tadi. Setelah lo ambil suratnya, lo bisa buka isi yang ada di dalam surat itu.” Jelas Asha.
“Terus kalo udah dibuka? Diapain lagi deh??” Tanya Lau sambil mengangkat tangannya seperti ingin menginterupsi.
“Itu dia! Surat itu isinya nama-nama kita. Kalo udah dibuka, lo harus buat orang yang di surat itu baper sama lo. Misalnya lo berdua sama-sama baper, ya itu end game nya. Tapi, kalo yang baper cuma partner lo atau lo aja ya bukan end game namanya. Catatan juga, di salah satu surat ada yang bukan tertulis nama kita, alias gue tulis jadi pilihan antara mau ikut main atau ngga. Misal, dia emang mau ikut, dia boleh milih salah satu dari kita. Paham gak?” Lanjut Asha sambil memastikan apakah penjelasannya bisa dimengerti atau tidak.
Mereka ber-oh ria sambil mengangguk mengerti.
“Oh iya, inget ini. Cuma kalian yang tau partner kalian siapa. Orang lain gak boleh tau tanpa terkecuali. Intinya, keep in private aja. Btw, durasi permainan ini sampai 2 minggu atau 14 hari. Ingat lagi, jika 14 hari sama-sama baper itu end game nya. Oke?”
Mereka mengangguk lagi seperti antusias, tidak sabar untuk memainkan permainan ini.
“AYO DAH CEPETAN MAIN!! Dari penjelasannya Asha kayanya seru.” Seru Yuno semangat.
“Duduknya lingkaran aja ya, melingkar di sekitaran meja.” Ucap Asha sambil duduk mengarahkan mereka.
Setelah itu, Mereka semua mengikuti arahan Asha dengan duduk melingkari meja.
“Mulai dari siapa dulu yang spin?” Tanya Yuno memastikan.
“Dari tertua aja biar gampang.” Jawab Vin tanpa babibu.
Mereka pun mengangguk setuju. Tanpa basa-basi Yuno langsung memutar botol yang berada di tengah meja.
Botol itu berputar. Lalu, berhenti dan mengarah ke Keia.
Keia langsung mengambil amplop di samping botol tersebut, “Anjir sekalinya muter kenapa langsung gue…” Keia mulai membuka amplop tersebut dan membaca sekilas isinya. Merasa sudah tahu targetnya, ia segera mengembalikan amplop seperti semula serta menyimpannya.
Permainan terus berlanjut sampai mereka semua mendapatkan amplop masing-masing. Mereka saling menatap satu dengan lainnya. Tidak ada rasa curiga karena ini bukanlah permainan mafia atau werewolf yang biasa mereka mainkan.
“Ngelakuin misinya dimulai dari Senin besok ya. Ingat, 14 hari. Gak boleh kurang atau lebih. End game atau nggaknya itu tergantung dari kalian atau diri kita sendiri.” Ujar Asha sambil menandai kalender di hp-nya.
“Selamat mengerjakan misi untuk kita semua! Semangat juga baperin target kalian — atau mungkin calon partner?” Ucap Asha menyemangati mereka semua, bahkan diri dia sendiri sambil tersenyum.
Yah, tidak ada yang tahu. Apakah ia memang tersenyum atau senyumannya mengandung evil di dalamnya.